LAPORAN INDIVIDU
BLOK X NEUROLOGI
SKENARIO 1
MANIFESTASI KLINIS YANG TIMBUL PADA PENDERITA STROKE ISKEMIK
OLEH :
1. HERRY PRASETYANTO G0008105
2. IKE PRAMASTUTI G0008107
3. IMAM RIZALDI G0008109
4. IRA RISTINAWATI G0008111
5. IZZATUL MUNA G0008113
6. KATHARINA B. DINDA S.M. G0008115
7. NURSANTY S. G0008231
8. REDYA AYU T. G0008233
9. RESCHITA ADITYANTI G0008235
10. RIESKA WIDYASWARI G0008237
11. SALMA ASRI NOVA G0008239
KELOMPOK 9
NAMA TUTOR : dr. Nunik, SpB, ICBA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2009
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Stroke adalah infark regional kortikal, subkortikal atau pun infark regional di batang otak yang terjadi karena kawasan perdarahan atau penyumbatan suatu arteri sehingga jatah oksigen tidak dapat disampaikan kebagian otak tertentu. Stroke merupakan penyebab utama kecacatan pada orang dewasa. Empat juta orang amerika mengalami defisit neurologi akibat stroke ; dua pertiga dari defisit ini bersifat sedang sampai parah. Kemungkinan meninggal akibat stroke inisial adalah 30% sampai 35% dan kemungkinan kecacatan mayor pada orang yang selamat adalah 35% sampai 40%. Sekitar sepertiga dari semua pasien yang selamat dari stroke akan mengalami stroke ulangan pada tahun pertama1 .
Secara umum stroke dapat dibagi menjadi 2. Pertama stroke iskemik yaitu stroke yang disebabkan oleh penyumbatan pada pembuluh darah diotak. Kedua stroke hemoragik yaitu stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah diotak. Faktor-faktor resiko stroke antara lain umur, hipertensi, diabetes mellitus, aterosklerosis, penyakit jantung, merokok dan obat anti hamil.
Skenario : Seorang wanita umur 64 tahun diantar suami dan anaknya ke IGD sebuah RS karena mengalami kelemahan pada lengan dan tungkai kanannya. Suaminya mengatakan bahwa saat abngun tidur istrinya terjatuh dan menyadari bahwa lengan dan tungkai kanannya mengalami kelemahan. Pada saat tersebut istrinya juga merasakan kesemutan pada lengan dan tungkai kanannya. Setelah itu suami pasien mendapati bicaranya pelo. Namun pasien tidak mengeluhkan adanya nyeri kepala dan mual maupun muntah.
Dua hari yang lalu istrinya bercerita kalau tiba-tiba merasa sulit bicara, namun membaik dalam waktu kurang dari 1 jam.
Anak pasien mengatakan bahwa 1 tahun yang lalu ibunya pernah mondok selama 1 minggu di rumah sakit karena sakit yang serupa. Setelah pulang dari RS ibunya sering lupa terhadap nama anak-anaknya dan sering menannyakan hal yang sama padahal sudah dijawab sebelumnya.
Selama 4 tahun ini pasien control di Puskesmas secara teratur dan diberi obat tekanan darah tinggi. Pasien memiliki kegemaran makan makanan yang berlemak dan tidak pernah berolahraga.
Oleh dokter jaga di RS, pasien disarankan rawat inap untuk mendapatkan pengobatan dan latihan untuk pemulihan. Pasien dan keluarganya setuju, dan menannyakan apakah pasien bias sembuh kembali.
Melihat fenomena di atas, storke merupakan penyakit yang menjadi momok bagi manusia. Selain itu, stroke menyerang dengan tiba-tiba. Orang yang menderita stroke sering tidak menyadari bahwa dia terkena stroke. Tiba-tiba saja, penderita merasakan dan mengalami kelainan seperti lumpuh pada sebagian sisi tubuhnya, bicara pelo, pandangan kabur, dan lain sebagainya tergantung bagian otak mana yang terkena. Oleh karena itu penting bagi kita untuk mempelajari tentang patofisologi, mekanisme, manifestasi klinis, prosedur diagnostik dan penatalaksanaan stroke.
B. Rumusan Masalah
- Bagaimanakah definisi, epidemiologi dan etiologi stroke?
- Bagaimanakah patofisiologi dari penyakit stroke?
- Bagimanakah pembagian jenis stroke?
- Apa sajakah gejala klinis yang timbul pada penderita stroke?
- Apa sajakah pemeriksaan yang dibutuhkan untuk penegakan diagnosis stroke?
- Bagaimanakah terapi untuk penderita stroke?
- Bagaimanakah pencegahan stroke?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi, epidemiologi dan etiologi stroke
2. Mengetahui patofisiologi stroke
3. Mengetahui klasifikasi stroke
4. Mengetahui gejala klinis pada penderita stroke
5. Memahami pemeriksaan yang dibutuhkan untuk penegakan diagnosis stroke
6. Memahami cara pengobatan dalam terapi stroke
7. Mengetahui cara pencegahan stroke
D. Manfaat
1. Mahasiswa dapat memahami anatomi dan fisiologi system saraf.
2. Mahasiswa dapat mencari dan mengerti patologi pada penyakit neurologi khususnya stroke.
3. Mahasiswa dapat mengetahui kalsifikasi, kausa, diagnosis, penatalaksanaan, prognosis, dan rehabilitasi penyakit stroke.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
- Definisi
· Definisi WHO
Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi cerebral, baik fokal maupun global, yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan maut, tanpa ditemukannya penyebab selain daripada gangguan vaskuler.
· Stroke
Adalah gangguan fungsi otak akut yang disebabkan terhentinya suplai darah ke otak dimana terjadi secara mendadak dan cepat dengan gejala sesuai dengan daerah fokal di otak yang mengalami gangguan.
- Epidemiologi
Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau perempuan, tua atau muda. Diperkirakan satu sampai tiga orang akan mengalami stroke dan satu dari tujuh orang meninggal karena stroke. Insiden stroke timbul bervariasi, tergantung tempat atau negara, waktu, serta penderitanya. Insiden stroke di negara berkembang masih meningkat sedangkan di negara maju cenderung menurun. Penurunan ini mungkin disebabkan karena manajemen hipertensi, penyakit jantung dan penyakit metabolik di negara maju telah makin baik. Memang sebagian besar dari kasus stroke dapat diakatakan merupakan bukti kegagalan pengobatan hipertensi, penyakit jantung, dan penyakit metabolik.
Insiden stroke meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Setelah umur 55 tahun risiko stroke iskemik meningkat 2 kali lipat tiap dekade. Menurut Schutz penderita yang berumur antara 70-79 tahun banyak menderita perdarahan intrakranial. Laki-laki cenderung untuk terkena stroke lebih tinggi dibandingkan wanita, dengan perbandingan 1,3 : 1, kecuali pada usia lanjut laki-laki dan wanita hampir tidak berbeda. Laki-laki yang berumur 45 tahun bila bertahan hidup sampai 85 tahun kemungkinan terkena stroke 25%, sedangkan risiko bagi wanita hanya 20%. Pada laki-laki cenderung terkena stroke iskemik, sedangkan wanita lebih sering menderita perdarahan subarachnoid dan kematiannya 2 kali lebih tinggi dibandingkan wanita. Sampai sekarang faktor keturunan masih belum dapat dipastikan gen mana penentu terjadinya stroke, menurut Brass dkk., yang meneliti lebih dari 1200 kasus kembar monozygot dibandingkan 1100 kasus kembar dizygot, berbeda bermakna antara 17,7% dan 3,6%. Jenis stroke bawaan adalah cerebral autosomal dominat arteriopathy dengan infark subkortikal dan leukoenselopati (CADASIL) telah diketahui lokasi gennya pada kromosom 19Q12.Tingkat kejadian stroke di seluruh dunia tertinggi dialami oleh orang Jepang dan Cina, menurut Broderick dkk., melaporkan orang negro Amerika cenderung berisiko 1,4 kali lebih besar mengalami stroke perdarahan intrakranial, sedang orang kulit putih cenderung terkena stroke iskemik, akibat sumbatan ekstrakranial yang lebih banyak
- Etiologi
· Faktor Risiko
Yang dimaksud dengan faktor risiko disini adalah faktor-faktor atau keadaan yang memungkinkan terjadinya stroke. Faktor-faktor tersebut dikelompokkan menjadi :
1. Faktor yang tidak dapat dikontrol : Umur, ras/bangsa, jenis kelamin, riwayat keluarga
2. Faktor yang dapat dikontrol :
- Hipertensi
- Diabetes Melitus
- Transient Iskemik Attack
- Post stroke
- Perokok
- Peminum alkohol
- Obat kontrasepsi oral
- Obesitas
- Kurang aktifitas fisik
- Hiperkolesterolemia/hiperlipidemia
- Stres fisik dan mental
- Hiperhomocysteinemia
- Klasifikasi
Pada dasarnya stroke itu mempunyai 2 tipe yaitu Stroke Perdarahan (Stroke Hemorrhagic) dan Stroke Sumbatan (Stroke Ischemic/Stroke non Hemorrhagic).
Berdasarkan perjalanan klinisnya, stroke non hemorrhagic dikelompokkan menjadi :
1. TIA (Transient Ischemic Attack)
Stroke tipe ini disebut juga stroke sepintas karena kejadiannya berlangsung sementara waktu, beberapa detik hingga beberapa jam, tapi tidak lebih dari 24 jam.
2. RIND (Reversible Ischemic Neurologic Deficit)
Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama dari 24 jam, tapi tidak lebih dari seminggu
3. Progessive stroke (Stroke in Evolution)
Deficit neurology yang berlangsung secara bertahp dari ringan sampai makin lama makin berat.
4. Completed Stroke (Permanent Stroke)
Kelainan neurologis sudah menetap dan tidak bisa berkembang lagi.
Berdasarkan etiologinya stroke non hemorrhagic dikelompokkan menjadi :
1. Aterotrombotik
Yaitu penyumbatan pembuluh darah otak karena plaque
2. Kardioemboli
Yaitu penyumbatan pembuluh darah otak karena pecahan plaque dari pembuluh darah jantung.
3. Arteritis
Yaitu pembuluh darah yang mengalami infeksi
- Etiologi Stroke Non Hemoragik
- Aterosklerosis
Terbentuknya aterosklerosis berawal dari endapan ateroma (endapan lemak) yang kadarnya berlebihan dalam pembuluh darah. Endapan yang terbentuk menyebabkan penyempitan lumen pembuluh darah sehingga mengganggu aliran darah. Selain dari endapan lemak, aterosklerosis ini juga mungkin karena arteriosklerosis, yaitu penebalan dinding arteri (tunika intima) karena timbunan kalsium yang kemudian mengakibatkan bertambahnya diameter pembuluh darah dengan atau tanpa mengecilnya pembuluh darah.
- Emboli
Benda asing yang tersangkut pada suatu tempat dalam sirkulasi darah. Biasanya benda asing ini berasal dari trombus yang terlepas dari perlekatannya dalam pembuluh darah jantung, arteri atau vena
- Infeksi
Peradangan juga dapat menyebabkan menyempitnya pembuluh darah, terutama yang menuju otak
- Obat-obatan
- Hipotensi
Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan berkurangnya aliran darah ke otak, yang biasanya menyebabkan seseorang pingsan. Stroke bisa terjadi jika hipotensi ini sangat parah dan menahun.
Selain faktor-faktor diatas, penyebab lain bisa karena viskositas darah, sistem pompa darah dan penyakit jantung (penyakit jantung katup, miocard infark, penyakit jantung ischemic.
- Patofisiologi
Penghentian total aliran darah ke otak menyebabkan hilangnya kesadaran dalam waktu 15-20 detik dan kerusakan otah yang ireversibel terjadi setelah tujuh sampai sepuluh menit. Penyumbatan pada satu arteri menyebabkan gangguan di area otak yang terbatas. Mekanisme dasar kerusakan ini adalah selalu definisi energi yang disebabkan oleh iskemia. Perdarahan jua menyebabkan iskemia dengan menekan pembuluh darah di sekitarnya. Dengan menghambat Na+/K+-ATPase, defisiensi energi menyebabkan penimbunan Na+ dan Ca+2di dalam sel, serta meningkatkan konsentrasi K+ ekstrasel sehingga menimbulkan depolarisasi. Depolarisasi menyebabkan penimbunan Cl- di dalam sel, pembengkakan sel, dan kematian sel. Depolarisasi juga meningkatkan pelepasan glotamat, yang mempercepat kematian sel melalui masuknya Na+ dan Ca+2. Pembengkakan sel, pelepasan mediator vasokonstriktor dan penyumbatan lumen pembuluh darah oleh granulosit kadang-kadang mencegah reperfusi, meskipun pada kenyataannya penyebab primernya telah dihilangkan. Kematian sel menyebabkan inflamasi, yang juga merusak sel di tepi area iskemik (penumbra).
Gejala ditentukan oleh tempat perfusi yang terganggu, yakni daerah yang disuplai oleh pembuluh darah tersebut. Penyumbatan pada arteri serebri media yang sering terjadi menyebabkan kelemahan otot dan spastisitas kontralaterla, serta defisit sensorik (hemianestesia) akibat kerusakan girus lateral presentralis dan postsentralis. Akibat selanjutnya adalah deviasi okular, hemianopsia, gangguan bicara motorik dan sensorik, gangguan persepsi spasia, apraksia dan hemineglect. Penyumbatan arteri serebri anterior menyebabkan hemiparesis dan defisit sensorik kontralateral (akibat kehilangan girus presentralis dan postsentralis bagian medial), kesulitan bicara (akibat kerusakan area motorik tambahan) serta apraksia pada lengan kiri jika korpus kalosum anterior dan hubungan dari hemisfer dominant ke korteks motorik kanan terganggu. Penyumbatan bilateral pada arteri serebri anterior menyebabkan apatis karena kerusakan dari system limbic. Penyumbatan pada arteri serebri posterior menyebabkan hemianopsia kontralteral parsial (korteks visual primer) dan kebutaan pada penyumbatan bilateral. Selain itu, akan terjadi kehilangan memori (lobus temporalis bagian bawah). Penyumbatan arteri karotis atau basilaris dapat menyebabkan defisit di daerah yang disuplai oleh arteri serebri media dan anterior. Jika arteri koroid anterior tersumbat, ganglia basalis (hipokinesia), kapsula interna (hemiparesis) dan traktus optikus (hemianopsia) akan terkena. Penyumbatan pada cabang arteri komunikans posterior di thalamus terutama akan menyebabkan defisit sensorik. Penyumbatan total arteri basilaris menyebabkan paralisis semua ekstremitas (tetraplegia) dan otot-otot mata serta koma. Penyumbatan pada cabang arteri basilaris dapat menyebabkan infark pada serebelum, mesensefalon, pons dan medulla oblongata. Efek yang ditimbulkan tergantung dari lokasi kerusakan :
- Pusing, nistagmus, hemiataksia (serebelum dan jaras aferennya, saraf vestibular).
- Penyakit Parkinson (substansia nigra), hemiplegia kontralateral dan tetraplegia (taktus poramidal)
- Hilangnya sensasi nyeri dan suhu (hipestesia atau anestisia) di bagian wajah ipsilateral dan ekstremitas kontralateral (saraf trigeminus dan traktus spinotalamikus).
- Hipakusis (hipestesia auditorik; saraf koklearis), ageusis (saraf traktus salivarius), singultus (formasio retikularis).
- Ptosis, miosis dan anhidrosis fasial ipsilateral (sindrom Horner, pada kehilangan persarafan simpatis).
- Paralisis palatum molle dan takikardia (saraf vagus). Paralisis otot lidah (saraf hipoglosus), mulut yang jatuh (saraf fasial), strabismus (saraf okulomotorik, saraf abdusencs).
- Paralisis pseudobulbar dengan paralisis otot yang menyeluruh (namun kesadaran tetap dipertahankan).
- Gejala Klinis
- Adanya serangan defisit neurologis fokal, berupa kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai, atau salah satu sisi tubuh.
- Hilangnya rasa atau adanya sensasi abnormal pada lengan, tungkai atau salah satu sisi tubuh. Baal atau mati rasa sebelah, terasa kesemutan, terasa seperti terkena cabai, rasa terbakar.
- Mulut, lidah mencong bila diluruskan.
- Gangguan menelan : sulit menelan, minum sering tersedak.
- Bicara tidak jelas, sulit berbahasa, kata yang diucapkan tidak sesuai keinginan, pelo, sengau, bicaranya ngaco, kata-katanya tidak dapat dipahami (afasia). Bicara tidak lancar, hanya sepatah-sepatah kata yang terucap.
- Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat.
- Tidak memahami pembicaraan orang lain.
- Tidak mampu membaca dan menulis, dan tidak memahami tulisan.
- Tidak dapat berhitung, kepandaian menurun.
- Tidak mampu mengenali bagian dari tubuh
- Hilangnya kendali terhadap kandung kemih, kencing yang tidak disadari.
- Berjalan menjadi sulit, langkahnya kecil-kecil.
- Menjadi pelupa (demensia).
- Vertigo (pusing), atau perasaan berputar yang menetap saat tidak beraktifitas.
- Awal terjadinya penyakit (onset) cepat, mendadak, dan biasanya terjadi pada saat beristirahat atau bangun tidur.
- Hilangnya penglihatan berupa penglihatan yang terganggu, sebagian lapang pandang tidak terlihat, gangguan pandangan tanpa rasa nyeri, penglihatan gelap atau ganda sesaat.
- Pendengaran hilang atau gangguan pendengaran, berupa tuli satu telinga atau pendengaran berkurang.
- Menjadi lebih sensitif, menjadi mudah menangis atau tertawa.
- Kebanyakan tidur atau selalu ingin tidur.
- Kehilangan keseimbangan, gerakan tubuh tidak terkoordinasi dengan baik, sempoyongan, atau terjatuh.
- Gangguan kesadaran, pingsan sampai tidak sadarkan diri (koma).
Gejala fokal dan tanda-tanda gangguan fungsi otak akan muncul sesuai dengan area jaringan otak yang mengalami gangguan aliran darah,
Sirkulasi Anterior Otak | Area Teritorial/ fokal | |
A.Karotis Interna | | |
| Koroidalis Anterior | Hipokampus, globus palidus, kapsula interna inferior |
| Serebri Anterior | Kortex parietal dan fronto medial, korpus kolosum anterior |
| Serebri Media | Kortex fronto-lateral, parietal, oksipital, dan temporal |
| Serebri Media cabang tentikulostriata | Nucleus caudatus, putamen, kapsula interna superior |
| Gejala Disfungsi Hemisferik | Afasia, apraxia atau agnosia; juga hemiparesis, hemisensorik dan defek visual. |
Sirkulasi Posterior Otak | Area Teritorial/ fokal | |
A.Vertebralis | | |
| Sereberalis Posterior Inferior | Medula dan serebellum bagian bawah |
A.Basilaris | | |
| Sereberalis Anterior Inferior | Serebelaris media, pons bag bawah dan tengah |
| Serebelaris superoir | Pons bag atas, mesensefalon, serebellum bag atas |
| Serebri posterior | Kortex, oksipital media dan temporal, korpus kolosum posterior, mesensefalon |
| Serebri post cab thalamoperforantes | |
| Serebri post cab thalamogeniculatum | |
| Gejala Disfungsi Batang otak | Coma,drop attack (lumpuh tiba2 tanpa ganggaun kesadaran), vertigo, nausea, vomitus, kelumpuhan N Cranialis, ataksia, defisit sensomotorik yg menyilang. Gejala non spesirik: hemiparesis, hemisensorik, defisit lapangan pandang. |
- Diagnosis
1. Anamnesa : Pokok manifestasi stroke adalah hemiparesis, hemiparestesia, afasia, disartria dan hamianopia. Semantik memduduki tempat penting dalam anamnesa. Dalam anamnesa kita harus dapat mengerti maksud kata-kata yang diucapkan pasien dalam menggambarkan gejala yang dideritanya.
2. Diagnosa fisik : Pertama pemeriksaan ketangkasan gerak. Pada penderita stroke pasti terjadi gangguan ketangkasan gerak. Namun, kita perlu membedakan dengan gangguan ketangkasan akibat lesi pada serebelum. Pada penderita stoke gangguan ketangkasan gerak akan disertai gangguan upper motoneuron yang berupa :
a. Tonus otot pada sisi yang lumpuh meninggi.
b. Refleks tendon meningkat pada sisi yang lumpuh.
c. Refleks patologik positif (misal refleks Babinski, Chaddocck dan Oppenheim pada sisi yang lumpuh.
Jika lesi pada serebelum maka gangguan ketangkasan tidak disertai gangguan upper motoneuron. Kedua diagnosa klinis stroke. Pada penderita stroke, terjadi kerusakan pada beberapa atau salah satu arteri yang ada di otak. Kerusakan salah satu arteri akan menimbulkan gejala yang berbeda-beda sebagaimana yang telah dijelaskan ada patofisiologi stroke.
- Pemeriksaan Laboratorium
Dilakukan pemeriksaan Neuro-radiologik, antara lain :
- CT Scan: sangat membantu diagnosis dan membedakannya dengan perdarahan terutama pada fase akut
- Angiografi cerebral: untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang pembuluh darah yang terganggu atau hasil CT Scan tidak jelas
- Pemeriksaan Cerebrospinal: dapat membantu membedakan infark, perdarahan otak, baik perdarahan intraserebral maupun perdarahan subarachnoid.
- Pemeriksaan Lain
· Pemeriksaan yang menentukan faktor risiko : Hb, Ht, leukosit, eritrosit, LED
· Komponen kimia darah, gas, elektrolit
· Doppler, ECG.
- Penatalaksanaan
- Terapi Umum Fase Akut
Sasaran pengobatan adalah untuk menyelamatkanneuron yang menderita jangan sampai mati dan agar proses patologik lainnya yang menyertai tidak mengganggu/mengancam fungsi otak. Terapi umum ini terfokus pada kecukupan perfusi darah ke otak, dengan mengoptimalkan ABC (Airway, Breathing, Circulation), apabila stabil kemudian nilai GCS/kesadaran pasien lalu nilai defisit neurologis. Yang harus dilakkan antara lain :
• Monitoring tekanan Darah
Tekanan darah harus tetap diperhatikan, apabila didapatkan hipertensi berat dan menetap dengan sistole > 220 mmHg dan diastole > 130 mmHg maka pasien harus diberikan obat anti hipertensi. Obat anti hipertensi diberikan dengan target penurunan 15-20% dari tekanan darah awal, hal ini dimaksudkan agar tekanan perfusi otak tetap adekuat. Obat yang dipakai adalah agen adrenergik seprti Nifedipin 10 mg sublingual, Clonidine 0,075-0,15 mg IV atau subcutan, Urapidil 12,5 mg IV dan short acting beta blocker (Labetolol 2 mg IV/oral secara berkala).
Apabila pasien hipertensi dengan penyakit jantung ischemik yang mempengaruhi fungsi ginjal, hipertensi ensefalopati penurunan tekanan darah secara segera dapat dilakukan perlahan, mungkin diperlukan obat Nitrogliserin 5 mg atau 10 mg oral dan Sodium Nitroprusside, Hidralazine, Calsium channel blocker.
• Monitoring Fungsi Jantung
Pemeriksaan terhadap fungsi jantung dipantau 24-48 jam pertama dan di evaluasi dengan gambaran EKG dan dipantau juga enzim jantungnya.
• Monitoring Gula Darah
Kadar gula yang tinggi dalam darah harus segera diturunkan, karena hiperglkemia dapat memperluas area otak yang rusak. Target penurunan gula darah sekitar 140 mg%. Apabila kadar gula > 250mg% dikendalikan dengan pemberian insulin setiap 4 jam (5 unit untuk setiap 50mg% gula darah). Pada kondisi pasien hipoglikemia maka dapat diberikan 25 g dextrose 50% IV dan dipantau secara ketat.
• Pertahankan saturasi O2
Diberikan O2 adekuat sebanyak 2-4 liter/menit
- Terapi Khusus Fase Akut
• Anti edema otak
Diberikan Gliserol 10% perinfus, 1 g/kgBB/hari dalam 6 jam
Kortikosteroid : Dexamethason bolus 10-20 mg IV, kemudian diikuti 4-5 mg/6 jam selama beberapa hari lalu tappering off dan dihetikan saat fase akut berlalu.
• Anti Agregasi Trombosit
Yang umum dipakai adalah Asam asetil salisilat : Aspirin, Aspilet dengan dosis rendah 80-300 mg/hari
• Anti Koagulansia : Heparin
- Pencegahan
· Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor resiko stroke yang utama, baik iskemik maupun hemoragik. Mengendalikan hipertensi terbukti menurunkan insiden stroke.
Klasifikasi tekanan darah menurut 7th report of the Joint National Committee on prevention, detection, evaluation and treatment of high blood pressure (JNC 7).
Klasifikasi TD Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal <120>
Prehipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi stage 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi stage 2 > 160 Atau > 100
· Merokok
Merokok telah lama diketahui sebagai faktor resiko stroke. patofisiologi efek rokok bersifat multifaktorial baik pada pembuluh darah sistemik maupun reologi darah. Rokok menyebabkan kekakuan pembuluh darah. Rokok juga berhubungan dengan meningkatnya kadar fibrinogen, agregari trombosit, menurunnya HDL dan meningkatnya hematokrit. Dengan berhenti merokok resiko stroke menurun 50%.
· Diabetes
Insulin-dependent diabetics meningkatkan resiko stroke: 1) meningkatkan prevalensi aterosklerosis dan 2) meningkatkan prevalensi faktor resiko lain seperti hipertensi, obesitas dan hiperlipidemia. Beberapa penelitian menunjukkan pengontrolan tekanan darah pada penderita diabetes lebih efektif menurunkan resiko stroke dibandingkan pengontrolan ketat kadar gula darah. Dianjurkan target TD pada penderita diabetes <130/80>
· Obesitas
Obesitas (body mass index [BMI] > 30 kg/m2) merupakan faktor predisposisi penyakit kardiovaskular dan stroke. Prevalensinya meningkat seiring dengan peningkatan usia selain itu obesitas juga berhubungan dengan meningkatnya tekanan darar, gula darah dan lemak. Pengendalian berat badan pada mereka dengan berat badan berlebih direkomendasikan untuk mencegah timbulnya komorbid yang dapat menjadi faktor resiko stroke.
· Inaktivitas fisik
Aktifitas fisik rutin telah terbukti dapat mengurangi resiko penyakit kardiovaskular dan juga stroke. Centers for Disease Control and Prevention and the National Institutes of Health merekomendasikan latihan fisik rutin (> 30 menit /hari latihan fisik moderat) sebagai bagian dari
· Pola makan/nutrisi
Data tentang hubungan antara status gizi dengan resiko stroke masih sangat terbatas. Suplemen vitamin E dan C juga tidak terbukti menurunkan resiko stroke. Diduga buah-buahan dan sayur-sayuran lebih bermanfaat dalam mencegah stroke. Makanan sehat yang mengandung 5 porsi buah-buahan dan sayuran dapat menurunkan resiko stroke.
· Alkohol
Efek alkohol sebagai faktor resiko stroke iskemik masih kontroversial dan diduga tergantung pada dosis yang dikonsumsi. Sedangkan pada stroke hemoragik alkohol memiliki efek langsung yang juga tergantung pada dosis. Mengurangi konsumsi alkohol terbukti dapat menurunkan resiko stroke.
· Pencegahan sekunder
Ditujukan pada pasien yang pernah mengalami stroke dan TIA.Stroke Council of the
American Heart Association merekomendasikan:
Hipertensi TD sistolik <>
TD sistolik <135>
Modifikasi
Merokok : Berhenti, edukasi untuk menghentikan kebiasaan merokok, pengganti nikotin.
Diabetes: Gula Darah <126>
Lemak LDL <> 35 mg/dL (0,91 mmol/L)
Total Cholesterol <>
Trigliseride <> 130 mg/dL (3,37 mmol/L) dan pertimbangkan medikamentosa bila LDL 100-130 mg/dL.
Alkohol: Mengurangi konsumsi alcohol, Edukasi pasien dan keluarga untuk mengurangi atau menghentikan kebiasaan minum alcohol
Aktifitas fisik 30-60 menit dalam 3-4 kali/minggu, Latihan fisik sedang ( jalan santai,
jogging, bersepeda atau aerobik). Program dengan supervisi medis bagi pasien
dengan resiko tinggi ( penyakit jantung)
Obesitas <>
BAB III
PEMBAHASAN
Pada kasus di atas, penderita mengalami lumpuh di salah satu sisi tubuhnya. Keadaan ini dinamakan hemiplegia.
1. Tumor otak.
2. Stroke
3. Radang intracranial.
4. Abses serebri
Jika dihubungkan dengan riwayat penyakit sebelumnya, maka diagnosis yang paling mendekati adalah stroke. Pertama, kebiasaan pasien yang buruk yang merupakan factor risiko terjadinya stroke antara lain merokok, makan makanan berlemak, dan kurang berolahraga. Kedua, pasien memiliki penyakit hipertensi sejak empat tahun yang lalu. Hipertensi adalah salah satu factor risiko terjadinya stroke. Ketiga, riwayat pasien yang pernah mengalami keluhan yang sama satu tahun lalu, bahkan sampai mondok di rumah sakit dan dua hari yang lalu pasien mengalami sulit bicara. Kemungkinan riwayat yang dialami pasien adalah stroke yang dikenal dengan serangan iskemik transien (TIA). Untuk lebih memastikan diagnosis, perlu dilakukan CT scan kepala. Ini juga bisa digunakan untuk mengetahui arteri mana yang mengalami sumbatan atau ruptur.
Gejala dan tanda stroke bervariasi tergantung otak bagian mana yang terkena. Satu tahun yang lalu setelah pasien mondok, pasien menjadi sering lupa. Kemungkinan otak yang terkena adalah pada bagian system limbic, yaitu hipocampus.
Pada serangan kali ini, pasien datang dengan keluhan hemiplegia, kesemutan, dan bicara pelo. Pasien menderita kelumpuhan anggota gerak sebelah kanan, berarti otak yang terkena adalah lobus frontalis sinister, khususnya pada area motorik (area 4 dan 6 Brodmann) pada girus precentralis. Bicara tidak lancar disebabkan oleh lumpuhnya lidah bagian kanan, sehingga ketika mengucapkan kata-kata, artikulasi kata menjadi tidak jelas menimbulkan bicara pelo.
Jika yang terkena adalah area broca maka akan terjadi afasia motorik, dimana pasien tidak mampu mengungkapkan kata atau bahasa. Sedangkan bicara pelo atau sering disebut disartria pasien mampu mengungkapkan bahasa, tetapi pengucapan di mulut terganggu artikulasinya. Jika lesi pada area wernicke, maka akan terjadi afasia sensorik, dimana pasien tidak mampu memahami bahasa atau kata.
Kunci keberhasilan penanganan kasus stroke terletak pada :
Pertama : pengenalan secara dini gejala-gejala stroke yang muncul. Idealnya gejala awal yang muncul diketahui oleh pasien sendiri atau oleh keluarga yang ada sehingga dapat segera mengupayakan pertolongan medis (kurang dari 6 jam).
Kedua : kemampuan praktisi medis untuk mengenali gejala awal stroke sehingga dapat dilakukan pemeriksaan dan diberikan tatalaksana yang sesuai secara tepat dan segera.
Ketiga : ketersediaan sarana pelayanan rumah sakit. Dalam keadaan dimana rumah sakit (karena alasan tertentu) tidak memiliki fasilitas yang memadai, hendaknya pertolongan awal tetap diberikan dengan sebaik mungkin sambil mempersiapkan transfer pasien secepat nya ke rumah sakit rujukan terdekat. (tim dokter UGD memiliki komunikasi dan kerjasama yang baik dengan rumah sakit rujukan untuk kasus stroke, dimana pasien ditetapkan memerlukan tindakan operasi darurat atau perawatan di unit intensif atau tidak).
BAB IV
PENUTUP
- Kesimpulan
1. Stroke adalah penyakit serebrovaskular mengacu pada setiap gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui system suplai arteri otak.
2. Stroke dibagi menjadi dua, yaitu stroke iskemik dan hemoragik. Stroke iskemik bisa trombotik atau embolik. Stroke hemoragik dapat intraserebral atau subarachnoid. Pasien pada kasus di atas menderita stroke iskemik dengan sebab utamanya adalah arteriosklerosis.
3. Faktor risiko terjadinya stroke : hipertensi, makan makanan berlemak, merokok, kurang olahraga, genetik, dan lain-lain.
4. Gejala stroke tergantung bagian otak mana yang terkena. Pada pasien di atas, bagian otak yang terkena adalah area motorik kiri sehingga mengalami kelumpuhan anggota gerak sebelah kiri. Kemungkinan sedikit area broca sehingga pasien kesulitan berbicara.
- Saran
1. Jika memiliki faktor risiko terjadinya stroke, sebaiknya rajin memeriksakan dan konsultasi dengan dokter agar dapat mencegah serangan stroke yang membahayakan.
2. Pencegahan yang terbaik ada pada pola hidup pasien sendiri, jika berpola hidup sehat, maka risiko terkena stroke lebih kecil.
DAFTAR PUSTAKA
Aliah, Amirudin; Kuswara,F.F; Limoa, R.Arifin; Wuysang,Gerrad. 2005. Kapita Selekta Neurologi.
Budianto, Anang. 2005. Guidance to Anatomy III (revisi).
Mardjono dan Sidharta. 2008. Neurologi Klinis Dasar.
Price dan
Shidarta, Priguna. 2008. Neurologi Klinis dalam Praktik Umum.
Shidarta, Priguna. 2008. Tata Pemeriksaan Klinis dalam Neurologi.
Silbernagl dan Lang. 2007. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi.
Snell, Richard S. 2007. Neuroanatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran.